“SANTET” Part I (Cerbung) Edisi Cerita Misteri

SANTET
Part I

By: Rasman Ifhandi

Mardi menatap pohon randu itu lekat-lekat, mulutnya terlihat komat-kamit semacam membaca mantera atau ayat yang mungkin diyakininya dapat membuka tabir gaib terselubung yang melingkupi.

Desau angin malam makin menambah suasana hutan kecil tak jauh dari dusun itu makin mencekam.

Rodin yang ditugasi Mardi membawa tas dari karung goni yang berisi peralatan klenik itu cuma dapat terdiam sembari sesekali menoleh ke kiri dan ke kanan dengan perasaan berdebar. Rokok kretek ditangannya habis tanpa dihisap, terlihat Rodin gelisah dan ketakutan.

 


“Lepaskan!..Lepaskan! Jangan kau sembunyikan anak itu!”

Suara Mardi terdengar lantang sambil mengacungkan jari telunjuknya ke pohon randu yang konon berusia ratusan tahun itu, dari tekstur kulit pohon terlihat memang sudah sangat tua, dan ukurannya yang lebih besar dari drum itu membuatnya terlihat sangat menyeramkan.

Tak ada reaksi.. Mardi kembali membentak, kali ini suaranya disertai dengan hembusan nafas sembari menghentakkan kaki ke bumi.

“Lepaskan anak itu!” bentak Mardi.

Namun tetap tak ada reaksi dari pohon raksasa berduri tajam itu, hanya desiran angin malam yang menggoyang dedaunannya dan sesekali menjatuhkan putik-putik randu yang gagal berbuah.




Hening makin meradang, menikam jantung orang-orang yang berada tak jauh dari Sumardi, orang yang dikenal sebagai “Orang Pintar” di dusun Gantungan ini. Dusun yang jauh dari keramaian kota dan berdekatan dengan hutan Randu Pati, yang menurut cerita para tetua sebagai gerbang pintu menuju alam jin.

Dusun Gantungan adalah dusun kecil yang masih sangat kuat kepercayaannya dengan hal-hal gaib, sebagaimana beberapa bulan yang lalu ada warga yang terpaksa meninggalkan rumahnya karena dianggap bersekutu dengan jin dan warga pun mengusir Pak Damin isteri dan anaknya, meskipun belum terbukti Pak Damin yang menyebarkan penyakit yang katanya sebagai bentuk santet. Tetapi kepala dusun tetap mengusirnya bahkan membakar rumah orang tua itu.


***
Kepala Dusun yang dipanggil pak Suryo dengan ciri khasnya yang berjanggut lebat dan berambut panjang itu menyerukan kepada warga dusun Gantungan untuk membakar rumah pak Damin.

Rumah kecil berdinding bambu beratap ijuk itu terlihat sudah berantakan kena hantaman kayu dari warga dusun yang tersulut amarahnya karena menganggap biang masalah di dusun Gantungan adalah pemilik rumah tersebut.

“Bakar!, bakar saja rumahnya, jangan biarkan ada dukun santet yang jadi pengikut jin ada di dusun kita, bakar!” Seru orang tua yang diperkirakan berusia 70 tahunan lebih.

“Jangan pak, jangan..kemana kami harus tinggal kalau rumah kami dibakar” keluh pak Damin seraya merangkul kedua kaki ķepala dusun.


“Kau tinggal di hutan saja, kau kan pengikut jin” kata Suryo sembari menendang kepala pak Damin.

Orang tua yang bertubuh kurus itu terpental, warga dusun yang sudah tersulut emosinya dengan cepat mendekati tubuh lemah itu memberikan tendangan dan pukulan bertubi-tubi, bu Sarni, isteri pak Damin meraung memohon kepada warga agar berhenti memukuli suaminya.

“Tolong pak, tolong hentikan, suamiku bukan dukun santet, tolong pak” ujar bu Sarni sambil merengkuh tubuh sang suami yang terlihat sudah terkapar bersimbah darah.

“Kalian bertanggung jawab atas kematian Marni, Ijah, dan Rusli, mulai hari ini kalian harus tinggalkan dusun Gantungan!” Kata pak Suryo menghardik.

“Malam ini kalian masih kumaafkan, tetapi awas jika sampai terlihat di dusun ini, jangan salahkan saya jika warga akan membunuh kalian” kembali suara garang kepala dusun memecah kelamnya malam.




Memang dalam sepekan ini ada tiga orang warga yang meninggal dengan kondisi yang mengenaskan, kematian ketiga warga dusun Gantungan itu menggemparkan seluruh penduduknya, bahkan kabar kematian ketiga warga tersebut, tersiar sampai dusun tetangga yang sebenarnya sangat jauh dari dusun ini.

Marni, seorang wanita setengah baya yang meninggal dengan kulit tubuh mengelupas, penyakit gatal yang dideritanya selama beberapa minggu itu membuat Marni tak kuasa menahan diri untuk menggaruk tubuhnya hingga terkelupas. Sedangkan Ijah anaknya wakil kepala dusun yang baru berusia belasan meninggal dengan perut membuncit dan mata berdarah, tragis dan menakutkan.

Terakhir Rusli yang dikenal warga dusun sebagai pemburu kijang yang sering keluar masuk hutan Randu Pati, ditemukan meninggal dengan leher bersimbah darah, dan isi perut terburai seperti diserang binatang buas. Setelah kejadian itu kepala dusun mengumpulkan warga, untuk mencari tahu siapa pelakunya, dan tuduhan tertuju kepada pak Damin yang memang kurang suka berkumpul dengan warga sekitar, serta pernah pula terjadi keributan antara Rusli dan pak Damin yang menyebabkan dusun Gantungan gempar waktu itu.


Ditambah lagi rumahnya yang paling terpencil dan lebih dekat ke hutan Randu Pati, membuat masyarakat bertambah yakin kalau pak Damin adalah dukun santet.

Bu Sarni beringsut di samping tubuh suaminya yang tak berdaya, tangan lemahnya mencoba menggendong orang yang dicintainya itu. Rimba anak semata wayang pak Damin langsung membantu ibunya memapah tubuh bapaknya menjauhi kerumunan warga, pergi dalam kegelapan malam menuju hutan Randu Pati. (Next)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *