Mengenang Tsunami Aceh 17 Tahun yang Lalu, Ratusan Ribu Nyawa Melayang

NUSANTARA. Lembayungnews |• Gempa yang diiringi Tsunami, berkekuatan sembilan SR terjadi 26 Desember 2004, sekitar pukul 7:58:53, berpusat pada bujur 3.316° N 95.854° E,  diperkirakan berada di 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Guncangan dasyat ini memicu gelombang panas mencapai 30 meter ke daratan.


z

Guncangan gempa tersebut berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan Momen dan IX (Violent) dalam skala intensitas Mercalli.

Ia tercatat sebagai gempa terdahsyat yang menghantam Aceh,  Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan Pantai Timur Afrika. Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, sebagai negara terparah yang terdampak tsunami.

Data Departemen Sosial pada Januari 2005, korban tewas di Aceh dan Sumatera Utara mencapai 105.262 orang. Dari kejadian gempa dan tsunami itu, sekitar 500-an ribu jiwa melayang di seluruh dunia yang berbatasan dengan Samudra Hindia.



Dari sekian banyak yang hanyut, sekitar 97 jenazah terbawa arus ke Selatan Aceh, tepatnya ke Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.

Masyarakat setempat mengambil langkah cepat untuk menguburkan jenazah tersebut secara massal. Sebab, banyak jenazah yang tidak memiliki identitas. Sementara tiga jenazah yang memiliki identitas dikuburkan secara terpisah.

Masyarakat di Kepulauan Banyak menguburkan puluhan jenazah itu di satu pulau yang tidak berpenghuni yaitu di Pulau Baguk. Pulau ini, tidak begitu jauh dari Kecamatan Pulau Banyak, pulau yang berpenghuni sekitar 3.000
orang.


“Kuburan massal ini jenazahnya kebanyakan dari daerah Meulaboh, yang terdampar setelah 21 hari kejadian Tsunami Aceh,” kata Kepala Desa Baguk, Kecamatan Pulau Banyak.

Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 m menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir. Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.

Beberapa kisah mistis yang sampai saat ini belum terungkap dan menjadi misteri.

Banyak kisah misteri yang terjadi pada tragedi Tsunami Aceh. Namun, kami cuma mengutip 3 kejadian dalam artikel kali ini.

 

1. Dikira Batang Pohon Pisang, Wanita ini Diselamatkan Ular Besar Saat Tsunami Datang

Datangnya gelombang air pasang setelah gempa yang terjadi di Aceh barangkali menjadi momen yang mengerikan pada saat itu. Salah satunya yang dialami oleh Umi Kalsum atau Mak Sum, salah seorang yang selamat. Pada saat kejadian tersebut, dirinya sedang menanam bunga di pekarangan rumahnya, di daerah Aceh Besar.



Sesaat setelah gempa, tiba-tiba gelombang air laut naik dan menghempaskan tubuhnya. Saat dirinya tengah kehilangan kesadaran karena terombang-ambing arus, seekor ular datang membelit tubuhnya serta membawanya ke sebuah jembatan yang cukup jauh dari lokasi rumahnya. Setelah tersadar, ular misterius yang sempat dikira sebuah batang pisang itupun melepaskan lilitannya pada tubuh Umi Kalsum dan menghilang tak lama kemudian.

2. Kubah Masjid Berbobot 80 ton Berpindah Tempat, Selamatkan Banyak Orang

Salah satu fenomena aneh pasca terjadinya Tsunami adalah Kubah Masjid seberat 80 ton berpindah tempat karena terseret gelombang Tsunami. Saat kejadian, Kubah ini merupakan milik sebuah masjid jamik di desa Lamteungoh, Peukan Bada, Aceh Besar yang bangunannya sendiri telah hancur diterjang gelombang pasang.

Setelah kejadian, beredar sebuah cerita mistis yang menghiasi kubah masjid tersebut. Konon, berpindahnya kubah masjid karena diangkat oleh seorang ulama besar Aceh yang berjubah dan bersurban putih bernama Hamzah Fansuri bersama ketiga orang muridnya. Di balik cerita mistis tersebut, Kubah masjd tersebut berjasa besar karena menolong banyak orang yang hampir tenggelam dengan menaiki dan berpegangan pada struktur bangunan kubah yang mempunyai rongga.

“Ada 7 orang selamat dalam kuba ini dan kubah ini ibarat kapal bagi mereka saat tsunami terjadi,” jelas Sriana pemandu wisata Kubah.

Kubah ini berbentuk bulat. Di dalam kubah ada cekungan yang terbuat dari semen. Di bawah kubah ada seperti lantai. Menurut Sriana, yang berbentuk lantai ini diperkirakan atap Masjid yang terlepas dan menjadi pondasi kubah ini yang berdiri kokoh.

Diperkirakan bobot kubah ini sampai 80 ton,” jelasnya.

Sriana mengaku, tidak jauh dari Masjid Jami, Masjid tempat kubah ini semula ada kuburan seorang ulama besar di Aceh, Tgk Hamzah Fansuri bersama 2 muridnya. Makam tersebut, katanya, saat ini sudah dilakukan pemugaran dan bahkan banyak orang pergi berziarah. Makam ini banyak orang percaya adalah seorang ulama yang keramat dan memiliki ilmu keislaman yang tinggi.

3. Masjid Baiturrahman Tetap Berdiri Kokoh, Sedangkan Bangunan di Sekitarnya Rata dengan Tanaha

Salah satu kebesaran Tuhan yang masih diselimuti oleh misteri adalah Masjid Baitturahman yang masih berdiri kokoh. Masjid mempunyai radius sekitar 300 kilometer dari pusat gempa yang terjadi di laut ini, secara logika manusia, seharusnya menjadi bangunan yang ikut hancur saat Tsunami datang, mengingat kondisi bangunan di sekitarnya yang hancur tanpa sisa.



Masjid Baiturrahman menjadi titik penting bertemunya umat Islam di Aceh. Banyak kegiatan-kegiatan penting yang telah terselenggara di tempat ini. Masjid ini selesai dibangun pada 1881. Sejak berdirinya, masjid itu telah beberapa kali mengalami pemugaran.

Salah satu bukti kemegahan budaya Islam di Aceh adalah berdirinya Masjid Raya Baiturrahman. Masjid yang juga merupakan monumen Tsunami Aceh 2004 silam ini tetap berdiri kokoh walau bangunan di sekitarnya rata dengan tanah akibat bencana yang melanda 17 tahun silam.

Hal ini menunjukan bahwa kekuasaan Tuhan itu juga berlaku pada semua mahluk, bahkan pada sebuah benda mati berupa bangunan yang didirikan untuk menyembah-Nya. Hingga kini, bangunan masjid tersebut masih bisa disaksikan dan digunakan untuk kegiatan beribadah seperti biasa.

Hari ini, 17 tahun lalu. Tsunami Aceh telah banyak memisahkan anak dan orang tuanya, banyak yang kehilangan saudaranya, kehilangan harta bendanya, kehilangan kesadarannya, bahkan kehilangan semangat dan harapan hidupnya.



Semoga tragedi Tsunami Aceh ini dapat menjadi bahan renungan kita, untuk selanjutnya agar lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik.

Dikutip dari berbagai sumber.

Editor: Rasman Ifhandi

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *