Desa Air Talas Kecamatan Rambang Niru Kabupaten Muara Enim, merupakan satu dari beberapa desa binaan PT Pertamina EP Limau Field, desa yang juga dikenal dengan nama Trans Bali itu dahulunya adalah lokasi transmigrasi program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) pada tahun 1987 saat kepemimpinan Presiden Soeharto.
Penduduknya tercatat 80 persen beragama Hindu. Namun dalam hal toleransi masyarakat di sana sangat menjunjung tinggi persatuan dan kekompakkan antar warga.
Warga desa ini mayoritas berkebun Sawit selain itu juga berpenghasilan dari berkebun Jeruk. Adapun Jeruk yang ditanam berjenis Siam dari varietas Siam Kintamani Bali. Hasil buahnya yang terbilang lebat, bahkan kata I Gede Arsana, Kepala Desa Air Talas, di saat panen para petani dapat menjual 1 ton per hari.
Awal Mula Pertamina Melirik Desa Air Talas
Pada tahun 2015, PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Limau Field memberikan bantuan dari dana CSR untuk mendukung para petani mengembangkan usaha perkebunannya.
Alasannya yakni Pertamina melihat potensi desa Air Talas yang cukup menjanjikan, bagaimana tidak, pada tahun 2004 desa Air Talas ini pernah menjadi primadona sebagai desa penghasil Jeruk di Kabupaten Muara Enim. Selain itu, desa Trans Bali ini juga masuk dalam Ring 1 PHRZ 4 Limau Field, hingga Pertamina berupaya agar desa ini dapat menjadi Desa Energi Berdikari (DEB) kedepannya.
PEP bekerja sama dengan Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Rambang Niru mendukung dan menginisiasi aktivitas perkebunan jeruk di Desa Air Talas dengan berbagai pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan para petani.
Officer Comrell and CID PHRZ 4, Nur Shiela menjelaskan di tahun 2015 Pertamina telah memberikan bantuan kepada para petani jeruk Desa Air Talas, bantuan berupa pelatihan pengembangbiakan tanaman dengan teknik vegetatif buatan atau Okulasi.
“Melihat prospek yang ada, Pertamina menggandeng BP3K Muara Enim untuk memberikan pelatihan kepada para petani tentang teknik Okulasi. Setelah mereka memahami cara pengembangbiakan dengan teknik itu, mereka tidak lagi mengimpor bibit dari luar daerah, bahkan kebanyakan dari mereka menjadi produsen bibit jeruk dari hasil okulasi,” terang Nur Sheila.
Sesuai dengan grand desain program pertamina yang sustainable atau berkelanjutan maka di tahun 2017 kita pun memberikan bantuan dana dan juga material yang bertujuan untuk peningkatan produksi bagi petani Jeruk yang ada, kata Nur Sheila lagi.
Selanjutnya, masih kata Nur Sheila, dengan progress yang ada, Pertamina akhirnya membuat road map untuk menghilirisasi program. Yang mana dalam program tersebut pihaknya berharap agar para petani bukan saja menjual buah Jeruk secara langsung atau hanya menjadi produsen bibit Jeruk, tetapi bagaimana memanfaatkan buah Jeruk yang disortir, atau yang rasanya masam sehingga diolah menjadi produk makanan yang bernilai jual.
Terbentuknya Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur
Dari rancangan program itu maka terbentuklah Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur. Upaya serius ditunjukkan oleh Pertamina dengan Program Anggrek Dewata sebagai bentuk inklusivitas perempuan transmigran yang ada di Desa Air Talas yang terus dibina dan diberikan pelatihan seputar pengolahan buah Jeruk menjadi produk turunan yang bernilai komersial seperti Pie, Sirup dan Selai Jeruk.
Berbagai bantuan pun digelontorkan oleh Pertamina Hulu Rokan Zona 4 melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), bukan cuma bantuan modal dan material, tapi Pertamina juga memberikan pendampingan serta pelatihan berkelanjutan terhadap Kelompok Wanita Tani.
Selain pelatihan, Pertamina juga telah membangun Rumah Produksi sebagai wadah dan pelaksanaan manajemen anggota KWT, pemberian sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PPIRT) dan sertifikat Halal untuk menambah kepercayaan Konsumen.
Tentunya dalam pelaksanaan di lapangan Pertamina juga melibatkan stakeholder lain seperti Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Camat hingga lembaga penelitian yaitu INAgri dan dari institusi Pendidikan yaitu IPB sehingga menghasilkan inovasi berupa pengembangan produk olahan turunan baru yang lebih menjanjikan.
Para Wanita Tani Mulai Mendapatkan Hasil dari Jerih Payah Mereka
Dengan bantuan Pertamina tersebut, jika dipandang dari dampak ekonomi, saat ini anggota KWT Subur Makmur mampu meraih pundi-pundi rupiah berkisar dua juta perbulan per anggotanya, ini merupakan upaya nyata dari dana CSR PT Pertamina Hulu Rokan Limau Field.
Adapun tercatat Jumlah anggota KWT Subur Makmur sebanyak 10 orang, dengan keterampilan yang mereka miliki, mereka terus berupaya agar dapat lebih meningkatkan penghasilannya dengan berbagai macam olahan dari buah Jeruk ini.
Sedangkan dari sisi sosial lingkungan kegiatan ini telah mampu mengurangi limbah jeruk masam yang tidak dimanfaatkan sebesar satu ton, serta dapat mengurangi emisi Gas Rumah
Kaca sebesar 3,504 Ton CO2eq.
Ketua KWT Subur Makmur, Mely saat dibincangi awak media dalam sebuah kesempatan menyampaikan harapannya kepada pihak Pertamina kedepannya dapat membantu memberikan pelatihan-pelatihan agar produk yang mereka hasilkan tidak hanya sebatas sirup, tapi mungkin ada inovasi yang lebih baik lagi terutama untuk bersaing di pasaran.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau pangsa pasar produk turunan dari buah Jeruk di saat musim panen berakhir, Mely mengatakan pihaknya dapat mengatasinya dengan buah selang, atau buah yang masih tersisa setelah panen raya.
“Lumayan juga hasilnya, tergantung dengan perawatannya. Jika satu hektar kebun jeruk menghasilkan 20 ton, maka buah selangnya bisa mencapai 2-3 ton,” ungkap Mely.
Sementara itu, CSR Comdev Officer PHRZ 4 Limau Field, Catherine Wahyuning wilujeng, didampingi rekannya Dedo Kevin Prayoga menjelaskan, dengan program Anggrek Dewata (Agribisnis Penggerak Desa Wisata Air Talas) yang bertujuan nanti di tahun 2024 desa Air Talas ini menjadi Desa Wisata berbasis Agribisnis Integrated Farming.
“Untuk tahun ini kita lebih berfokus pada budidaya Jeruknya, selama ini jeruk yang rasanya masam biasanya dibuang percuma, tapi dengan program Anggrek Dewata dengan kegiatan Bude Arta Maju (Ibu-ibu Desa Air Talas Mengelola Jeruk), maka jeruk yang masam dapat diolah menjadi berbagai macam produk yang dapat dijual,” kata Catherine.
Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Air Talas
Setelah Melewati berbagai macam pelatihan dan bimbingan yang intens dilakukan oleh pegawai Pertamina Limau Field, akhirnya desa Air Talas terpilih sebagai Desa Energi Berdikari,
Pada tanggal 9 sampai dengan 11 September yang lalu, Subholding Upstream Pertamina bersama Society of Renewable Energy (SRE) Universitas Sriwijaya melakukan pemasangan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di desa Air Talas, melalui program TJSL dan dukungan penuh terhadap Agrobisnis Penggerak Desa Wisata Air Talas (Anggrek Dewata).
Sebagaiamana diketahui, program Desa Energi Berdikari Pertamina bertujuan untuk memberikan fasilitas dan akses listrik kepada masyarakat yang belum mendapatkan pasokan listrik. Sistem PLTS yang digunakan adalah dengan sistem off-grid yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses listrik tanpa harus tersambung dengan jaringan PLN.
Sistem yang dipasang yaitu 3,3 kWP dengan tambahan baterai sebesar 5 kWh. Dampak dari pemasangan PLTS ini yaitu mengurangi emisi karbon hingga 4,29 ton CO2eq per tahun serta penghematan sebesar 6 juta rupiah per tahun.
Selain itu dengan adanya pasokan listrik yang dipasang di atap Rumah Produksi KWT Subur Makmur, Pertamina berharap agar fasilitas tersebut dapat menjadi motivasi bagi para wanita Trans Bali untuk terus dapat berinovasi mengolah hasil panennya tidak cuma sebatas menjual buah segar saja.
Wujud Pemberdayaan Wanita Mendukung Kesetaraan Gender
Melihat realitas yang ada di lapangan, Pertamina Limau Field melalui program Anggrek Dewata telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para wanita yang ada di Desa Air Talas, dengan demikian setidaknya telah mengangkat harkat dan martabat kaum hawa yang dianggap sebagai kaum rentan, hal ini juga termasuk dari program SDGs Tujuan 5, tentang Kesetaraan gender.
Serta melalui program ini juga, semakin dikenalnya desa Air Talas sebagai Desa sentra Jeruk, baik bagi warga Kabupaten Muara Enim maupun bagi warga Sumatra Selatan.
Sebagai bentuk dukungan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan agenda tahun 2030, Pertamina telah berkomitmen mewujudkan enam prioritas TPB melalui program TJSL yakni;
Tujuan 12, Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, Tujuan 13, Penanganan Perubahan Iklim, Tujuan 14, Ekosistem Laut, Tujuan 15, Ekosistem Darat, Tujuan 7, Energi Bersih dan Terjangkau dan Tujuan 8, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Namun, jika dilihat dari semua kegiatan dengan program Anggrek Dewata, Pertamina telah menerapkan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG’s, Tujuan ke 1 tentang tanpa kemiskin, Tujuan ke 3 tentang kesehatan yang baik dan kesejahteraan, Tujuan ke 4 pendidikan berkualitas, Tujuan ke 5 tentang kesetaraan gender, Tujuan ke 8 tentang pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, Tujuan ke-15 tentang ekosistem daratan, tujuan ke 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan.
Melalui Program Anggrek Dewata Pertamina Limau Field Mendapat Penghargaan
Jadi wajar saja jika pada bulan Agustus yang baru lalu, PEP Limau Field dari Zona 4 berhasil memperoleh penghargaan yang diselenggarakan oleh Olahkarsa dan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) yakni Bronze Trofi CSR Outlook Award 2023 melalui Program CSR Anggrek Dewata (Agribisnis Penggerak Desa Wisata Air Talas).
Anggrek Dewata adalah kegiatan yang berfokus pada Agribusiness Integrated Farming, dengan memberdayakan petani wanita yang selama ini hanya sebagai ibu rumah tangga, kini dapat menjadi Penunjang perekonomian keluarga, serta menjadi pelopor Penggerak bagi desa Air Talas menuju Desa Agrowisata. (Raif)
Baca juga :
Menggapai Mimpi Bersama Mbak Dewi Shuji
4 thoughts on “Wanita Trans Bali Rambang Niru Mendulang Rupiah, Bergerak Menuju Desa Agrowisata”