KOTA NANAS. Sering kita mendengar di balik musibah ada berkah dan hikmah yang menanti, tergantung bagaimana setiap insan menyikapi bencana yang menimpa. Covid-19 merupakan pandemi yang menakutkan dan telah membuat banyak perubahan baik dalam pola pikir kesehatan maupun dalam kegiatan usaha mencari rezeki bagi pegiat UMKM negeri ini.
Sebagaimana yang dialami oleh Rumah Busana Riady milik Ibu Rita Mulyadi yang berdiri pada saat Pandemi melanda, tepatnya pada tahun 2019, tetapi usahanya sempat terhenti karena Covid-19.
Melihat kondisi perekonomian yang saat itu mengalami kesulitan, Ibu Rita berinisiatif untuk mencari rezeki dari rumah saja dengan membuat kain tenun dari serat daun nanas yang bahannya banyak ditemukan di kota Prabumulih.
Baca Juga:
Wanita Trans Bali Rambang Niru Mendulang Rupiah, Bergerak Menuju Desa Agrowisata
Memulai Usaha Kerajinan Tenun Serat Daun Nanas
Berbekal pengetahuan yang pernah dipelajarinya dari beberapa pelatihan merajut benang serat daun nanas yang dahulu gencar dilakukan pemerintah Kota Prabumulih, Ibu Rita pun memulai usahanya. tentu saja banyak kendala yang dihadapi kelompok ini, baik masalah peralatan tenun atau juga soal pemasaran produk yang kala itu masih terbilang baru dan belum dikenal oleh masyarakat.
Bak kata pepatah, Hasil tidak akan mengkhianati Usaha, begitulah yang pantas untuk menggambarkan usaha Kelompok Tenun Serat Nanas Rumah Busana Riady yang akhirnya hingga saat ini telah mampu memproduksi kain tenun maupun pakaian dari serat nanas yang modelnya variatif yakni, dengan menggabungkan serat daun nanas dan benang emas atau benang songket khas Prabumulih.
Berbagai kunjungan dari pihak terkait pun mulai diterima oleh Ibu Rita, baik dari Pemerintah Kota Prabumulih, organisasi UMKM maupun perwakilan media, untuk melihat proses pembuatan atau bahkan membeli hasil kerajinan tenun Rumah Busana Riady.
Beberapa Pre Order pun mulai masuk, permintaan dari konsumen dari dalam maupun luar kota berhasil dipenuhi oleh kelompok tenun ini, meski mereka harus menguras tenaga dan pikiran agar dapat memenuhi permintaan pelanggan.
Pertamina Memberikan Bantuan dan Pendampingan Sebagai Mitra Binaan
Dengan keseriusan kelompok tenun ini, akhirnya PT Pertamina EP Prabumulih, memberikan atensi dan support agar usaha mereka semakin maju serta dapat bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Dalam kesempatan itu, PT Pertamina EP (PEP) Prabumulih Field memberikan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan mesin jahit untuk Rumah Busana Riady yang merupakan salah satu kelompok mitra binaan Pertamina yang berdomisili di Kelurahan Gunung Ibul, Kecamatan Prabumulih Timur, Prabumulih, Sumatera Selatan.
Assisten Manajer Gas Prod opr. Pertamina Prabumulih Field, Adam S Nasution didampingi Head of Communication Relations & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti, menyerahkan langsung bantuan tersebut kepada Ketua Kelompok Tenun Serat Nanas Rumah Busana Riady, Rita Mulyadi pada bulan Juli yang baru lalu.
Bantuan ini merupakan upaya Pertamina dalam program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu) yang bertujuan dapat mengoptimalkan pertanian nanas zero waste dari hulu sampai hilir.
Dukungan dari Pemkot Prabumulih dan Berbagai Pihak
Sebagaimana diketahui mantan Wali Kota Prabumulih Ridho Yahya sangat fokus mengembangkan produksi serat nanas ini, berbagai upaya telah dilakukannya oleh untuk mengangkat perekonomian petani nanas.
Pada Oktober tahun 2022, Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Kepala Perwakilan Provinsi Sumsel, R Erwin Soeriadimadja memberikan bantuan 6 unit mesin Dekortikator untuk mensuport para perajin serat buah nanas kota prabumulih.
Dalam kesempatan wawancara dengan media ini R Erwin Soeriadiatmadja mengatakan pihaknya mendukung industri tekstil serat buah nanas di kota ini.
“Kami mendukung industri serta nanas dikota ini, dari serat nanas menjadi benang untuk bahan tekstil. Untuk itulah kami memberikan bantuan 6 unit mesin Dekortikator,” ungkapnya.
Mengutip dari laman resmi Ditjen Holtikultura Kementerian Pertanian, Prabumulih punya potensi besar pengembangan buah-buahan khususnya nanas. Sedangkan Nanas asal kota ini dikenal nanas termanis di Indonesia. Rasa manis unik dengan brix 13 ini memiliki keunggulan yang tak dimiliki oleh nanas daerah lainnya.
Menurut data yang ada, luas perkebunan nanas di Kota Prabumulih mencapai 400 hektare, tersebar di beberapa Kecamatan antara lain, Kecamatan Prabumulih Timur, Cambai dan Rambang Kapak Tengah.
Adam S Nasution pada saat memberikan bantuan kepada Kelompok Tenun Rumah Busana Riady mengatakan bahwa Pertamina telah memberikan pendampingan pada kelompok ini, sebagai mitra binaan yang diproyeksikan memjadi kelompok percontohan tenun serat daun nanas di Prabumulih,” ujarnya, Sabtu 8/7/2023.
Ucapan Terima Kasih Pemilik Rumah Busana Riady
Sementara, Ibu Rita sebagai ketua kelompok, sekaligus pemilik Rumah Busana, merasa bersyukur atas pendampingan dan bantuan yang telah diberikan oleh Pertamina EP Prabumulih Field Prabumulih.
“Alhamdulillah, dengan adanya bantuan ini kami berharap kiranya usaha kami ini dapat lebih maju lagi kedepannya,” terang Ibu Rita.
Ibu Rita mengatakan kalau Rumah Busana Riady sudah lama berdiri, tetapi untuk kerajinan dari bahan serat daun nanas baru digelutinya kurang lebih empat tahun ini.
“Selama ini memang rumah busana ini sudah berdiri, tetapi untuk ussaha dari serat nanas sendiri baru semenjak tahun 2019. Namun sempat vakum saat Covid melanda. Dengan adanya informasi itu, pihak Pertamina melirik kita dan memberikan bantuan,” Bebernya saat dibincangi awak media Senin 30/10/2023.
Tentunya sebagai salah satu perusahaan BUMN strategis di Indonesia, PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) Agenda 2030.
Diketahui ada enam prioritas SDGs yang dijalankan Pertamina, yakni Tujuan 12, Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; Tujuan 13, Penanganan Perubahan Iklim; Tujuan 14, Ekosistem Laut; Tujuan 15, Ekosistem Darat; lalu Tujuan 7, Energi Bersih dan Terjangkau,; dan Tujuan 8, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Sedangkan Pertamina EP Prabumulih Field dalam setiap kegiatannya, ingin dapat senantiasa menghadirkan energi yang menggerakkan roda ekonomi bagi masyarakat, terutama yang berada di sekitar wilayah operasionalnya.
Adanya bantuan ini juga menjadi salah satu bentuk implementasi SDGs poin ke-8 yakni menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dan mendukung perekonomian, serta sebagai penerapan Environmental, Social and Corporate Governance (ESG).
Ditambahkan oleh Ibu Rita, dengan dibantu 8 orang karyawan, dalam satu minggu kelompoknya mampu memproduksi kain serat daun nanas sebanyak 25-40 meter, dengan harga jual permeternya 250 ribu rupiah. Sedangkan harga penjualan pakaian jadi dari kain serat daun nanas ini variatif.
Peluang itu Mulai Terbuka Lewat Program Raden Mas Prabu
Dengan adanya rumah busana ini, setidaknya sudah dapat membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya dengan penghasilan yang bervariasi, tergantung dari hasil pendapatan mereka menenun benang serat nanas untuk dijadikan kain.
Baca Juga:
Menggapai Mimpi Bersama Mbak Dewi Shuji
Dalam satu meter kain, Ibu Rita memberikan harga upah sebesar 60 ribu, saat ini, pegawainya hanya mampu menenun 1 meter per hari karena terkendala oleh belum adanya alat penyambung serat untuk dijadikan benang.
Masih menurut Rita, ada beberapa motif yang saat ini sering dijadikan pakaian, tetapi tentu bahannya dicampur dengan bahan lain, kalau hanya mengandalkan bahan serat nanas, pertama harganya mahal dan yang kedua tidak ada variasinya.
“Kalau sudah berbentuk pakaian jadi, harganya bervariasi ya, dari 400, 600, 800 ribu bahkan lebih, tergantung dari motif dan juga size-nya (ukuran),” tambahnya lagi.
Menurutnya dengan usaha tenun serat daun nanas ini, pihaknya berhasil meraup keuntungan bersih berkisar 6 sampai 8 juta rupiah setiap bulannya.
Kalau untuk pemasaran produk, menurut Ibu Rita dirinya tidak ragu, karena sudah banyak yang mengenal dan mengetahui produk tenun mereka. Tetapi kendala yang tengah dihadapi mereka adalah belum adanya alat penyambung serat menajdi benang.
“Jadi kendala kita sekarang ialah belum adanya alat penyambung dari serat menjadi benang, itulah pekerjaan paling rumit dari semua proses penenunan kain serat nanas ini,” tandas Ibu Rita seraya berharap agar kedepannya ada bantuan dari Pertamina untuk dapat membantu pengadaan alat tersebut.
CSR Pertamina dan Program yang Sustainable
Pertamina sendiri pada pencapaian Tujuan 8 SDGs yakni Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, melalui Program Kemitraan, merupakan sarana bagi perusahaan untuk berdayakan UMKM, serta bantuan yang berkelanjutan atau sustainable, tentunya akan mengakomodir apa yang menjadi harapan dari kelompok ini.
Karena pada dasarnya dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Program TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) dalam objektif yang sama dengan negara terkait penciptaan lapangan dan kesempatan kerja, yang akan berdampak signifikan bagi upaya mengentaskan kemiskinan.
Baca Juga:
Pertamina EP Limau Field Ciptakan ‘Mangkuk Ajaib’ Alat Pintar Atasi Oil Spill
Melalui program ini, Pertamina dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta penyediaan lapangan pekerjaan yang layak bagi semua masyarakat.
Ada satu catatan penting yang dapat menjadi pengingat bagi penulis dalam kegiatan Media Visit ke Program CSR Pertamina kali ini, yakni pengakuan Ibu Sum, seorang karyawan Rumah Busana Riady.
Dengan gigih dia melakukan pekerjaannya merangkai helai demi helai benang serat nanas untuk dirajut menjadi kain, diselingi dengan mengerjakan aktivitas rumah tangga, dari memasak hingga mengantar jemput anak ke sekolah.
Terbersit di benaknya harapan dan tekad, ‘Hari ini harus dapat menyelesaikan 1 meter kain tenun’ yang berarti dengan target itu dia dapat menghasilkan uang 60 ribu rupiah dan sudah dapat membantu perekonomian keluarga.
Begitu sederhana harapannya. Namun, dibalik itu terlihat betapa luar biasanya pengorbanan seorang IBU. (Raif)