Saya masih teringat dengan sebuah lagu lawas ciptaan Yok Koeswoyo yang pertama kali dirilis pada tahun 1973 dan dinyanyikan oleh Group musik tanah air yang sangat terkenal pada masa itu, yakni Koes Plus. Sebuah lagu yang menggambarkan dan mempunyai makna tentang kesuburan tanah air Indonesia ini, sehingga apapun yang ditanam akan tumbuh dan menghasilkan.
Berikut kami kutip penggalan lagunya;
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu dan jadi tanaman
PRABUMULIH. Lembayungnews. Sore ini saya dan dua orang rekan seperjalanan sengaja mencari waktu untuk bisa ngobrol panjang dengan ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) yang cukup berpengalaman terkait pertanian, bahkan KWT yang dipimpinnya ini dianggap sebagai pelopor tanaman Bawang Merah yang menjadi percontohan bagi pemerintah kota ini.
Setelah berkomunikasi via WhatsApp, Alhamdulillah dengan sikap ramahnya, Ibu Tri Ningsih, wanita berusia 55 tahun yang memiliki semangat luar biasa mengelola organisasi wanita tani Kemuning ini bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi cerita di senja hari yang terik ini. Rabu 7/8/2024.
Awal Mula Terbentuknya Kelompok Wanita Tani Kemuning
Dimulai pada tahun 2019 beliau punya inisiatif untuk membuat kelompok wanita tani yang anggotanya terdiri dari ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai petani karet. Karena biasanya sepulang dari aktivitas menyadap getah karet (Nakok Balam), ibu-ibu tidak punya aktivitas lain sampai dengan malam hari.
Untuk mengisi kekosongan waktu itu, Ibu Tri mengajak mereka membentuk kelompok tani di rumahnya. Apalagi saat itu pemerintah kota punya anggaran yang cukup besar untuk masyarakat yang mau membentuk Kelompok Wanita Tani yakni sebesar 50 juta rupiah berupa peralatan pertanian.
“Daripada tidur siang enak kita buat kegiatan pertanian di lingkungan kita sendiri,” ucap Ibu Tri saat menawarkan kepada para ibu-ibu yang hadir saat ada pertemuan di rumahnya.
kebetulan saat itu rencana Ibu Tri langsung mendapat dukungan dari beberapa orang ibu-ibu warga Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat, alhasil terbentuklah kelompok wanita tani yang pada masanya nanti akan tampil sebagai KWT yang menjadi inspirasi bagi 10 kelompok tani lainnya.
“Dengan dukungan para ibu-ibu yang hadir saat itu, akhirnya kelompok tani kita terbentuk,” jelas Ibu dua anak ini seraya menambahkan ada 30 orang ibu-ibu yang mau bergabung.
Mulai Menyusun Program Kerja
Karena belum ada modal untuk membeli bibit sayuran, maka Ibu Tri menyampaikan kepada anggotanya untuk mulai mencari solusi agar langkah awal kelompok ini dapat terlaksana yakni menanam sayuran di lahan para anggota kelompok tani.
“Saat pertama itu kami iuran per-orang dua puluh lima ribu rupiah untuk membeli bibit sayuran dan kelengkapan lainnya,” kenang Ibu Tri.
Awalnya mereka menanam Kangkung, dan Terong dengan lahan seadanya dan dengan basis pengetahuan yang minim tentang pertanian. Namun, mereka dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah meski saat itu belum dapat memuaskan para anggota tetapi langkah awal mereka dianggap berhasil.
“Saat itu kami tanam Terong organik, karena terbilang mudah mengolahnya dan harganya juga saat itu kisaran 8 ribu rupiah perkilo-nya,” terang Ibu Ketua KWT.
Masih kata Tri Ningsih, “Karena pupuknya juga kami buat sendiri, jadi modalnya juga tidak terlalu besar”.
Mendapatkan Bantuan dari Pemerintah dan dari PT Pertamina Prabumulih Field
Setelah rencana awal itu berjalan sesuai dengan harapan, akhirnya kelompok tani Kemuning mendapat dukungan dari pemerintah berupa bantuan bibit sayuran, tandon air, dan peralatan pertanian lainnya yang nominalnya sebesar lima puluh juta rupiah.
“Itu merupakan penyemangat bagi kami. Artinya apa yang kami lakukan tidak sia-sia,” ungkapnya sumringah.
Bukan hanya itu, melihat antusias para ibu-ibu ini akhirnya ada warga yang bersedia meminjamkan lahannya yang cukup luas untuk dapat dijadikan tempat mereka mengembangkan dan mewujudkan harapan sebagai petani wanita yang sukses.
Setelah mendapat bantuan pemerintah, semua kegiatan pertanian makin intens berjalan meski hanya secara otodidak. Lalu pada tahun 2021 KWT Kemuning ini rupanya mendapat perhatian dari PT Pertamina (persero) sebagai perusahaan Migas terbesar di kota ini setelah melalui proses mapping dan berapa kali kunjungan ke KWT Kemuning.
Pemilihan KWT oleh Pertamina didasarkan pada statusnya sebagai kelompok tani yang aktif namun belum berhasil meningkatkan pendapatan bagi anggotanya atau masih berpendapatan yang rendah. Selain itu, KWT Kemuning ini juga terletak di ring 1 PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih Field. Sesuai dengan komitmennya, Pertamina berfokus pada kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah kerjanya dengan program Corporate Social Responsibility (CSR).
“Kami pun mendapat perhatian dari Pertamina serta mulai diberikan bantuan baik materiel juga ilmu pengetahuan berupa pelatihan-pelatihan,” terang Ibu Tri.
Dengan program CSR-nya Pertamina memberikan bantuan pembangunan infrastruktur tempat berkumpul para anggota, juga membuat instalasi pengolahan air hujan (IPAH) untuk keperluan mengurus tanaman berikut dengan tandon air nya, pembangunan biopori di pekarangan rumah masyarakat serta pembangunan energi baru terbarukan (EBT) melalui sistem PLTS dengan kapasitas 3000 watt yang kesemuanya ditujukan untuk menunjang kegiatan pertanian oleh kelompok wanita tani Kemuning yang dianggap telah melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan sesuai dengan tujuan program kampung iklim (Proklim).
Selain itu juga dengan bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kota Prabumulih, Pertamina juga memberikan edukasi cara membuat pupuk organik cair (Eco Enzim) dan pengolahan tanah. Bahkan Pertamina juga mendatangkan narasumber dari Universitas Indonesia (UI) yang memberikan pelatihan selama 4 hari berbagi pengetahuan secara teori, baik pengetahuan bagaimana cara membuat jamu herbal serta cara membuat kemasannya agar menarik, atau juga cara mengolah tanah agar terjaga kesuburannya lalu dilanjutkan dengan pengetahuan secara praktek selama kurang lebih satu setengah tahun lamanya. Ini merupakan bukti keseriusan Pertamina dalam memberikan dukungannya kepada masyarakat untuk menjadi lebih berdaya guna dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang dunia pertanian.
Disamping memberikan edukasi, Pertamina juga selalu memberikan dukungan kepada KWT Kemuning ini untuk mengikuti berbagai ajang pameran baik di tingkat kota maupun di tingkat provinsi, seperti salah satunya pada momen Forkapnas III di Palembang pada bulan Agustus tahun 2023 lalu, Pertamina memboyong KWT Kemuning untuk menampilkan bermacam produk yang dihasilkan oleh kelompok wanita tani mitra binaan PT Pertamina ini. Produk tersebut berupa jamu, wedang jahe, ada kerupuk jagung, kerupuk bunga telang, kerupuk bawang Dayak dan berbagai minuman herbal lainnya.
Pada pameran tersebut kelompok wanita tani Kemuning berhasil mendapatkan sertifikat untuk kategori packaging terbaik.
Saat ini KWT Kemuning dipercaya untuk membagikan pengalamannya kepada 10 KWT lainnya yang berada di Kecamatan Prabumulih Barat, terutama dalam hal menanam bawang Merah (Brebes) menjadi Bawang Merah Prabumulih dan pembuatan pupuk cair organik (Eco Enzim).
Masih menurut Ibu Tri Ningsih, menanam Bawang itu sangat mudah, serta hasilnya sangat menjanjikan. Dalam 1 kg bibit Bawang katanya dapat memghasilkan 10 kg Bawang siap panen dan semuanya itu dalam perawatannya sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia tetapi menggunakan pupuk organik buatan mereka sendiri seperti yang telah diajarkan oleh narasumber yang didatangkan oleh Pertamina Prabumulih Field dan Pemerintah Kota Prabumulih.
Pupuk organik yang dibuat oleh Ibu-ibu KWT ini terus dikembangkan dan diajarkan ke kelompok wanita tani lainnya. Saat kami tanyakan soal bahan-bahan untuk pembuatan pupuk organik itu, Ibu Tri Ningsih menjelaskan bahwa bahannya ada di sekitar kita.
“Banyak pak, bisa dari pohon pisang, atau dari nasi bekas yang sudah berjamur yang jamurnya itu kita campur dengan air cucian beras dan air kelapa. Itu kan bahan-bahan yang mudah kita dapat,” beber Ibu Tri bersemangat.
Dengan segala jerih payah dan upaya kerasnya, akhirnya kelompok wanita tani Kemuning menjadi satu-satunya KWT yang ikut ajang Program Kampung Iklim (Proklim) di tingkat Provinsi pada tahun 2024 ini. Pelaksanaan Proklim mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 84 Tahun 2016 tentang Program Kampung Iklim.
Saat kami menghubungi pihak Pertamina Prabumulih Field, melalui Community Development Officer (CDO) Hengky Rosadi, Senior Manager PEP Prabumulih Field Muhammad Luthfi Ferdiansyah, menyampaikan bahwa perusahaan akan mendukung penuh program-program positif yang memberikan dampak ekonomi, kesehatan dan lingkungan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang berbasis Community Based Development sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Adanya Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di sekitar wilayah operasional perusahaan, dapat membantu PEP Prabumulih Field yang awalnya penghasil komoditi non pangan, kini menjadi penghasil pangan yang cukup diperhitungkan tanpa harus merusak alam,” ujar Luthfi.
PEP Prabumulih Field mengajak masyarakat Kelurahan Patih Galung dan seluruh pemangku kepentingan di Kota Prabumulih bersama-sama untuk menjalankan program CSR, melalui KWT kemuning sebagai perpanjangan tangan perusahaan untuk menebar kebermanfaatan.
Perjalanan Ibu-ibu tani yang luar biasa ini memang belum sampai puncaknya. Tetapi gaungnya telah menorehkan cerita baru bagi kota Prabumulih yang saat ini terus merangkak menuju kota yang terus menjadi percontohan bagi kota dan kabupaten lainnya. Bahwa memang benar, apapun dapat diciptakan selama ada kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan tak kalah pentingnya peran perusahaan yang peduli terhadap kemajuan dan kesejahteraan tempat perusahaan itu berkarya dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang bertujuan untuk terus membangun negeri dengan berkelanjutan (SDGs) demi meningkatkan kesejahteraan bersama seperti apa yang telah diperbuat oleh Pertamina Prabumulih Field.
Jika hal ini dapat terus dijaga, maka ‘Tongkat Kayu dan Batu’ yang ditanam di tanah Kota ini, akan dapat menjadi penghasilan tambahan bagi para petaninya untuk menuju ke kehidupan yang lebih layak dan lebih sejahtera.
Penulis;
Rasman Ifhandi
Pemred Lembayungnews