PRABUMULIH. Lembayungnews. Skema perhelatan politik di kota Prabumulih diam-diam menghanyutkan. Saat ini baru ada dua nama pasangan balon Walikota yang mencuat, yakni pasangan Hj Ngesti Rahayu Ridho Yahya dan Mat Amin dengan Jargonnya Bergema dan pasangan bakal calon Arlan dan Frenky Nasril atau Laky.
Masih ada satu pasangan bakal calon yang masih diintip dan menjadi teka-teki bagi masyarakat kota nanas ini, yakni pasangan Andriyansyah Fikri dan Syamdakir yang memiliki jargon Berfikir.
Siang ini kami berkesempatan wawancara langsung dengan ketua DPC partai PDIP Prabumulih Ir Dipe Anom selepas kegiatan HUT RI di Rumdin Pemkot Prabumulih.
Dipe Anom sedikit menceritakan suhu politik yang tengah dirasakan oleh dua partai besar negeri ini yakni PDIP dan GOLKAR.
Dua nama yang mencuat dari dua partai tua ini, cukup membuat gejolak di tengah-tengah masyarakat, para pengamat perpolitikan pun mulai mereka-reka jika benar ada poros ketiga muncul dalam pemilihan Walikota pada tahun ini.
Politikus senior Dipe Anom mengatakan saat ini pihaknya tengah menunggu keputusan dari partai ‘Kuning’ sebagai penentu maju atau tidak jagoannya sebagai calon kuat yang juga diperhitungkan oleh kedua kubu sebelumnya.
“Kita masih menunggu kepastian dari Beringin ini (partai Golkar, red) karena ada pergolakan di pusat,” ungkap Dipe Anom.
Menurutnya saat ini partai Golkar akan mempersiapkan Munaslub soal pergantian kepemimpinan yang telah mengundurkan diri sebagai ketua umum.
“Kita tunggu Munaslub dulu, karena menurut informasi, produk sebelumnya tidak berlaku lagi,” ucap politisi partai berlambang banteng ini.
Perubahan itu bukan saja berdampak bagi pilkada di kota Prabumulih tetapi hampir semua daerah juga bakal mengalami perubahan akibat kondisi partai Beringin yang berganti kepemimpinan.
Saat ini memang satu-satunya partai yang menjadi harapan dari partai PDIP hanya Golkar, jika benar terjadi koalisi antara kedua partai besar ini, maka sudah mencukupi dari persyaratan sebanyak 6 kursi.
Diketahui pada pemilihan legislatif tahun 2024 ini, partai PDIP mendapatkan 4 kursi dan Partai Golkar juga memperoleh 4 kursi jadi sudah melebihi persyaratan yang ada.
“Sekali lagi, kita saat ini sedang menunggu SK dari Golkar. Karena PDIP tidak bisa berdiri sendiri,” tegas adik kandung mantan Wakil Walikota 2 periode Andriyansyah Fikri.
Dia juga menegaskan jjka hal terburuk terjadi, dan partai Golkar bergabung dengan salah satu bakal pasangan calon yang ada, maka bisa dipastikan PDIP akan berseberangan dengan kandidat yang berkoalisi dengan Golkar.
“Jika nanti ada kandidat yang mengambil partai Golkar dan menggagalkan koalisi antara PDIP dan Golkar, maka kita pastikan akan berseberangan dengan paslon tersebut,” beber wakil Ketua II DPRD Prabumulih ini.
Dipe menambahkan pada akhir wawancara siang ini, bahwa pihaknya kini tengah merenung sambil berfikir, sebelum nantinya deklarasi BERFIKIR (Bersama Fikri dan Syamdakir).
Banyak yang memprediksi jika benar ada 3 paslon yang maju di pilkada mendatang maka ada lumbung suara yang selama ini bersatu dan menjadi kekuatan besar, akan terpecah dan terbelah dua. Lalu dengan kondisi ini, kubu manakah yang akan diuntungkan? (Raif)
Editor: Rasman Ifhandi