Dari berbagai macam pengalamannya dalam mengolah sampah yang pernah dia tekuni, dengan bantuan dari Pemerintah Kota dan PT Pertamina EP Prabumulih Field, akhirnya terbuka jalan bagi pria kelahiran Purbalingga Jawa Tengah ini untuk menorehkan sebuah cerita dari sudut kota Prabumulih.
PRABUMULIH. Lembayungnews. Namanya Ramdoni, Pria asal Belitang, kelahiran Jawa Tengah pada tahun 1981 itu tampak sibuk memberikan arahan kepada anggotanya di lokasi Pusat Daur Ulang sampah di Kelurahan Sungai Medang Kecamatan Cambai Kota Prabumulih saat kami berkunjung ke PDU asuhannya hari ini Jumat 23/8/2024.
Ramdoni adalah ketua kelompok dari program Rumah Inovasi Daur Ulang Sampah Residu Anorganik (Rindu Resik) yang merupakan bagian dari program Pusat Daur Ulang Sampah Mandiri dan Berkelanjutan (Padu Padan) sebagai mitra binaan Pertamina EP Prabumulih Field.
“Saya dari dahulu memang pelaku daur ulang sampah sebelum bergabung dengan Pertamina dan Pemerintah Kota Prabumulih, waktu itu saya membuat kelompok yang diberi nama Kelompok Swadaya Masyarakat Restu Ibu,” kenang Doni mencoba mengingat masa lalunya.
Dia kembali menambahkan bahwa semenjak dari tahun 2013 sampai tahun 2018 dia sudah aktif mengolah sampah bersama rekan-rekan sejawatnya. Dengan segala kemampuan yang dihasilkan dari pengalamannya itu akhirnya pemerintah Kota Prabumulih memberikan perhatian pada kelompok Doni Cs.
“Bermula saat itu para pemulung membawa hasil usahanya kesini untuk menjual sampah plastik yang selama ini belum banyak yang tau kalau sampah-sampah tersebut bernilai rupiah,” kata Doni. Mengetahui hal itu pemerintah kota Prabumulih melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menemuinya untuk meminta bantuan dalam hal pengelolaan sampah di kota ini.
“Dari pertemuan itu, pada tahun 2019 terbentuklah PDU ini dengan SK Walikota yang saat itu masih dipimpin oleh Bapak Ir Ridho Yahya Walikota dua periode,” tambah Doni lagi sembari mengajak kami duduk di bangku hasil buatannya dari bahan residu plastik daur ulang.
Setelah PDU terbentuk dan mendapatkan SK untuk melegalkan aktivitasnya bersama rekan-rekan, Ramdoni pun mulai dikenalkan oleh Dinas Lingkungan Hidup ke Pertamina sebagai perusahaan BUMN yang memang punya keingninan yang sama dalam hal mengolah sampah di kota nanas ini yang kian hari kian menjadi momok yang menakutkan.
Bangunan gedung Pusat Daur Ulang tempat anggota berkreasi. (Raif).
Bagaimana tidak, pada tahun 2019-2020 menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Prabumulih volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebanyak 174, 67 ton per hari dan angka jumlah sampah yang ada di kota prabumulih saat itu sekitar 47, 930.78 ton. Lalu dari jumlah yang ada, yang dapat diolah oleh para pengepul atau pemulung hanya sebanyak 35, 97 ton per harinya.
Tumpukan sampah yang menggunung dan memenuhi tiap jalan masuk ke lokasi daur ulang ini seperti ingin bercerita bagaimana kerasnya perjuangan para pekerja sebelum tempat ini menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber penghasilan bagi ke 30 orang anggota kelompok program Rindu Resik ini.
Program Pengembangan Masyarakat oleh Pertamina EP Prabumulih Field
Community Development Officer (CDO) Pertamina Prabumulih Field M Saddam Husen yang turut hadir pada pertemuan ini menjelaskan bagaimana mekanismenya sehingga Pertamina memberikan bantuan baik berupa pelatihan maupun peralatan penunjang Pusat Daur Ulang sampah Sungai Medang ini.
Saddam Husen bersama seorang Jurnalis dan Ketua kelompok Rindu Resik PDU Sungai Medang Prabumulih, Ramdoni, Jumat 23/8/2024. (Raif).
“Sebelum pembentukan kelompok program pengembangan masyarakat ini, kita ketahui dulu SDM nya, siapa nanti yang akan mengelola kelompok ini setelah terbentuk baru kita parallel dengan insfrastruktur,” terang Saddam.
Saddam juga menambahkan status lahan yang dijadikan PDU ini adalah milik DLH Kota Prabumulh. Sedangkan Pertamina memberikan bantuan penggarapan lokasi, memberikan pelatihan dan juga memberikan bantuan peralatan mesin-mesin yang dibutuhkan oleh kelompok untuk mendukung operasionalnya.
Setelah melakukan penggarapan dan perapian lokasi, Pertamina Prabumulih Field memberikan bantuan mesin cacah dan mesin press sampah plastik.
“Awalnya kelompok Rindu Resik ini berfokus pada pencacahan sampah plastik untuk dijual, kemudian melihat perkembangan yang ada kami mulai menggaet para akademisi untuk memberikan masukan serta saran agar kelompok ini bisa berkembang,” tambah Saddam lagi.
Seiring berjalannya waktu akhirnya kelompok ini mendapat ide untuk mengolah sampah plastik residu yang memenuhi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Sungai Medang, yang sekaligus juga memberikan harapan baru bagi para pemulung yang selama ini mereka tidak mau mengambil sampah plastik residu karena tidak laku, dengan program dari PDU ini sampah-sampah tersebut menjadi sumber rejeki tambahan bagi mereka.
(Sampah Residu adalah sampah plastik seperti kantong kresek, plastik bungkus paket, bungkus mie instan atau juga plastik bekas bungkus makanan ringan dan lain-lain)
Dengan adanya ide baru, sesuai dengan tujuannya sebagai program pengembangan, Pertamina pun memberikan tambahan mesin untuk pencetak papan dari bahan plastik residu tadi. Pertamina juga memberikan bantuan pelatihan serta petunjuk cara mempergunakan dan perawatan peralatan tersebut.
“Lalu kita pun memberikan bantuan mesin pencetak papan untuk bahan dasar pembuatan furniture seperti kursi tamu, kursi pantai, meja, rak buku dan lainnya. Tentunya bukan cuma peralatan tetapi kita juga memberikan bantuan pelatihan setiap kita memberikan peralatan. Untuk kotak penampung getah karet baru tahun ini kita buat dan akan kita pasarkan ke para petani karet” paparnya.
Hasil karya dari kelompok ini berupa furniture bukan saja dipakai oleh beberapa karyawan Pertamina, tetapi sudah menjangkau Pulau Bali.
“Furniture hasil buah tangan dari kawan-kawan PDU ini sudah sampai ke Pulau Bali loh,” ungkap Saddam seraya menambahkan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan juga sudah membeli satu set meja dan kursi untuk dipakai pribadi. Bahkan Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan juga membeli hasil karya dari kelompok ini.
Ramdoni saat bersama Gubernur Sumatra Selatan H Herman Deru dalam sebuah Pameran di Palembang. 28/8/2022. (Dokumen PDU)
Dia juga menambahkan bahwa papan yang dihasilkan dari plastik residu ini memiliki ketahanan yang lebih ketimbang kotak plastik yang biasa dipakai oleh para petani karet. Bahkan untuk ketahanan produk sudah pernah dilakukan penelitian oleh Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 2023 yang baru lalu.
Sementara dalam hal pemasaran, Pertamina juga terus memberikan bantuan-bantuan seperti mengikutkan kelompok ini pada pameran-pameran yang ada serta terus melakukan pelatihan untuk mendorong agar para anggota dapat lebih berinovasi dengan menghasilkan produk baru selain dari furniture tadi.
Dari Barang Rongsok Sampai Penghasilan Jutaan Rupiah Per bulan
Setelah lama berbincang, kami pun diajak oleh ketua kelompok untuk melihat langsung kondisi di dalam gedung Pusat Daur Ulang. Bagaimana para pekerja dengan semangat melakukan pekerjaannya demi hasil maksimal sebagai sumber penghasilan yang terbilang lunayan besar.
pada kesempatan ini kami pun melihat langsung bagaiaman para anggota melakukan pekerjaannya masing-masing. Ada yang tengah memilah sampah plastik untuk dicacah, ada juga yang sedang mengoperasikan mesin press plastik dan beberapa anggota lain mempraktekkan bagaimana cara membuat papan dari plastik residu.
Adi salah satu karyawan/anggota kelompok Rindu Resik tengah memasukkan sampah plastik ke dalam mesin press, sebelum dipacking dan siap dijual. (Raif)
Doni menceritakan pengalamannya bagaimana saat kelompok Rindu Resik ini mengikuti pameran di Padang yang diadakan oleh Apeksi, hasil karya furniturenya dibeli oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada tahun 2022 yang lalu.
“Itu moment paling membanggakan, bisa bertemu langsung dengan menteri,” ujar Doni sumringah. Ini merupakan hal yang luar biasa tentunya dari hasil mengolah sampah yang identik dengan bau dan kotor, tetapi mampu membuktikan bahwa karya mereka memiliki nilai yang berharga.
Ternyata bukan hanya membuat papan untuk bahan furniture, Doni juga pernah mencoba berinovasi membuat paving blok dengan bahan baku plastik residu, tetapi karena saat ini dirinya berfokus pada pembuatan furniture jadi untuk paving blok dihentikan.
“Ya dulu pernah coba-coba bikin paving blok, karena saat ini masih terfokus membuat papan untuk bahan furniture, jadi kita hentikan dulu lagian mesin cetaknya kan cuma satu,” kata Ramdoni didampingi beberapa anggotanya.
Dia juga bahkan berencana kedepannya akan membuat atap genting atau bata dari bahan plastik ini.
“Tapi memang sekarang ini kita sedang fokus membuat furniture, mungkin nanti kedepannya apabila mesin cetaknya ditambah,” katanya.
Dari kegiatan ini Doni dan para anggotanya dapat menghasilkan uang bulanan yang cukup lumayan besar bahkan katanya dulu pernah dua orang anggotanya bisa menghasilkan uang sebesar enam juta rupiah sebulan.
“Rata-rata 3 juta perbulan, kalau dulu ada dua orang karyawan kita yang berhasil menerima gaji sebesar 6 juta sebulan,” Ramdoni menerangkan penghasilan karyawannya tergantung dari banyaknya hasil harian mereka dikalikan satu bulan.
Saat ditanya soal harga jual bahan baku berupa papan plastik hasil karyanya, Ramdoni menerangkan harga satu keping papan dan furniture bervariasi.
“Harga satu keping papan berkisar antara 100 hingga 120 ribu rupiah, sedangakan satu set kursi dan meja bermacam-macam harganya tergantung variasi dan penggunaan bahannya,” Pungkasnya.
Lima Tahun Berdirinya Pusat Daur Ulang Ada Kendala Ada Penghasilan dan Penghargaan
Perjalanan PDU selama 5 tahun ini tentu saja tak terlepas dari kendala untuk dapat mengembangkan usaha mereka. Salah satunya yang disampaikan oleh kelompok ini ialah masih kurangnya mesin pencetak papan plastik residu, sehingga mereka belum bisa menambah produk lain untuk dapat dipasarkan, lalu penggunaan listrik yang terbilang besar dan itu menjadi pengeluaran yang masih dianggap terlalu berat bagi kelompok ini.
Ramdoni berharap kedepannya akan ada solusi baginya dan rekan-rekan untuk mengatasi persoalan listrik ini agar kegiatan operasional mereka tidak terkendala serta dapat menghemat pengeluaran setiap bulannya.
Tentunya hal ini menjadi PR bersama antara pemerintah kota Prabumulih dan Pertamina sendiri, karena dengan adanya PDU ini sudah sangat membantu mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA.
Lalu yang kedua adalah pemasaran produk itu sendiri, untuk itu tentunya perlu adanya inovasi dalam pembuatan furniture, baik dari segi ketahanan dan juga estetikanya karena produk furniture seiring berjalannya waktu pasti akan terus bersaing dengan yang lain dari segi tampilan dan kualitasnya.
Foto Kursi Pantai hasil karya kelompok pemberdayaan masyarakat Rindu Resik, yang sudah siap jual dengan kualitas siap uji. (Raif)
Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) yang diinput di KLHK, untuk Kota Prabumulih ini dapat menghasilkan sampah sebanyak 99 ton per hari. Adapun untuk sampah anorganik saja yang bisa masuk dan diolah di PDU ini perharinya bisa mencapai sebanyak 3 sampai 5 ton, tentunya hal ini sudah cukup memberi kontribusi bagi pengelolaan sampah di Prabumulih.
Karena menurut data yang ada dari 99 ton tersebut 56 persennya merupakan sampah anorganik dan sisanya sampah organik.
Untuk suplay sampah ke PDU menurut Doni maksimal bisa mencapai 15 ton perhari untuk itu dia juga mengajak masyarakat sekitar untuk bekerja dengannya di PDU ini.
“Kalau dulu kita yang menjemput sampah-sampah tersebut, tapi sekarang karena kita sudah banyak kegiatan jadi kita minta mereka yang mengantar,” ungkap Doni seraya menambahkan dengan demikian banyak ibu-ibu di sekitaran PDU yang ikut mengais rejeki dengan ikut memilah sampah yang masuk.
“Lumayan lah pendapatan mereka, kalau ibu-ibu bisa mendapatkan penghasilan 60-100 ribu, sedangkan bapak-bapaknya bisa dapat 100 hingga dua ratus ribu per hari,” jelasnya.
Para pekerja itu bukan saja warga Sungai Medang, tetapi ada juga yang dari Kelurahan lain yang meminta kerjaan di PDU. “Ya siapa saja yang mau bergabung dan mau bekerja dengan kondisi yang ada, kami persilahkan,” tambahnya.
Dengan berdirinya Pusat Daur Ulang di Kota Prabumulih, rupanya telah banyak memberikan berkah kepada masyarakat sekitar. Memberikan banyak ilmu pengetahuan bagi warga kota ini, dan yang terpenting telah berkontribusi aktif dalam menangani persoalan sampah yang menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua lapisan masyarakat.
Selain itu juga dari sudut kota Prabumulih dengan Program Padu Padan dan Rindu Resik, akhirnya PEP Prabumulih Field mendapat penghargaan yang sangat membanggakan.
PT Pertamina EP Prabumulih Field meraih penghargaan platinum kategori economic empowerment (Pemberdayaan Ekonomi) dalam ajang Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2nd tahun 2024 yang diselenggarakan di Grand Mercure Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah (27/06/24).
Bahkan, PEP Prabumulih Field menjadi satu-satunya perusahaan peraih platinum dari regional 1 dengan mengusung program Padu Padan (Pusat Daur Ulang Sampah Mandiri dan Berkelanjutan).
Perlu diketahui bahwa program Padu Padan merupakan program pengolahan sampah organik dan anorganik berbasis pemberdayaan masyarakat di Kota Prabumulih.
Berangkat dari latarbelakang lumpuhnya TPA induk Kota Prabumulih yang berdampak terhadap masalah lingkungan, sosial dan kesehatan, program Padu Padan berkontribusi signifikan dalam pengurangan sampah organik dan anorganik di Kota Prabumulih.
Program Padu Padan merupakan payung program yang menaungi dua program turunan di antaranya program Rindu Resik (Rumah Inovasi Daur Ulang Sampah Residu Anorganik) dan program Muda Bersama (Perempuan Berdaya, Bersama Kelola Sampah).
Selain itu program Rindu Resik fokus pada pengolahan sampah anorganik, sementara program Muda Bersama fokus pada pengolahan sampah organik dengan memberdayakan perempuan melalui kelompok wanita tani.
Dalam mengimplementasikan program Padu Padan, PEP Prabumulih Field bersinergi dengan stakeholder seperti media, pemerintah dan NGO untuk membangun kerjasama yang efektif dan berkelanjutan.
Senior Manager PEP Prabumulih Field, Muhammad Luthfi Ferdiansyah, mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas penghargaan yang diraih oleh PEP Prabumulih Field pada ajang tersebut.
“Kami bersyukur dan bangga program Padu Padan berhasil mendapatkan penghargaan platinum di tingkat nasional untuk yang pertama kalinya. Semoga penghargaan ini bisa memacu motivasi kami untuk terus berkarya menciptakan program CSR yang sustainable dan tentunya bermanfaat bagi lingkungan di Wilayah Kerja Perusahaan.” ungkap Luthfi.
Kedepannya, masyarakat di Wilayah Kerja Perusahaan (WKP) PEP Prabumulih Field diharapkan dapat mendukung dan menyukseskan Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang sudah dirancang agar sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan perusahaan terus terjalin dengan baik.
“Pada intinya, kemenangan ini juga berkat sinergitas antara perusahaan dengan stakeholder yang berkomitmen dalam memberdayakan masyarakat agar mandiri di bidang lingkungan, sosial, dan ekonomi,” pungkas Lutfi. (Kutipan berita ini sudah kami tayangkan pada periode 8 Juli 2024).
Penulis:
Rasman Ifhandi
Pemred Lembayungnews